Berbagi

Sudah sebulan sejak saya meninggalkan Bandung beserta kehidupannya, sejak itu pula saya memasuki masa transisi ini. Kenapa masa transisi? Ya karena saya sedang mempersiapkan sekaligus memantaskan diri untuk memasuki chapter berikutnya dalam hidup saya. 

Kebiasaan-kebiasaan saya dulu, 4 tahun yang lalu sebelum akhirnya pindah ke Bandung kembali saya lakukan. Sesederhana membaca koran setiap pagi, ataupun kalau tidak sempat, maka akan dibaca malam harinya. Dulu waktu masih jadi mahasiswa boro-boro baca koran, bangun untuk kuliah pagi aja mukjizat.

Kembali berinteraksi dengan orang-orang dengan latar belakang berbeda, obrolannya sangat luas dari sekedar obrolan tentang pekerjaan di tempat saya sementara bantu-bantu proyek sampai obrolan mengenai Nunun yang baru saja ditangkap di Bangkok. 


Satu yang saya pikirkan saat ini, ketika kuliah dulu, saya terlalu asik sendiri dengan dunia saya, beban kuliah yang berat, penelitian yang ga beres-beres tidak memberikan saya banyak waktu untuk memikirkan hal-hal lain di luar dunia saya. Berita-berita hanya masuk dan kemudian keluar lagi, lalu diganti berita baru, begitu seterusnya.

Satu hal yang pasti, saya boleh cuek, tapi saya tidak ingin apatis. Memang malas mengetahui betapa carut-marutnya negara ini. Ada yang korupsi, ada konflik di daerah, ada gerakan separatis, ada pembantaian satwa dilindungi demi kepentingan kalangan tertentu, sampai ada yang bakar diri yang diklaim sebagai bentuk protes terhadap pemerintahan.

Saya bukan aktivis, dan mungkin terdengar terlalu idealis dan nasionalis. Tapi di umur saya yang segini (segini = 23 tahun kurang 2 bulan) saya mulai kembali mikir, apa yang bisa saya lakukan di tengah berita-berita malesin itu? Bukan, bukan untuk negara, wong presiden aja belum tentu bisa ngasih sesuatu buat negara (ngasih masalah baru mungkin iya), apalagi saya?

Saya hanya memikirkan bagaimana saya bisa bermanfaat bagi, minimal lingkungan saya dan tidak menjadi beban masyarakat di kemudian hari. Tentunya sesuai dengan kapasitas saya, kemampuan, dan apa yang telah saya pelajari selama ini. 

Memang mungkin belum banyak manfaat yang bisa saya bagikan untuk orang lain. Tapi sesederhana saya mengajari junior-junior saya cara membaca peta dan menggunakan GPS, cara packing dan persiapan perjalanan, atau berbagi informasi dan ilmu mengenai penelitian saya di Papandayan dulu (dan terharu banyak yang melanjutkan penelitian stok karbon seperti yang saya lakukan, setelah sempat tidak ada yang mengerjakan). Sesederhana itu rasanya saya sudah memberikan sesuatu bagi orang di sekitar saya, walaupun tidak seberapa. Tapi itu memicu keinginan untuk memberikan sesuatu yang lebih besar lagi dan lagi di kemudian hari.

Ini bukan masalah idealis/nasionalis atau -is -is lainnya. Poinnya disini adalah, dari pada kita protes ini-itu, tidak pedulian yang dapat berujung pada sikap apatis, terpuruk, mengeluh dan mengeluh. Kenapa ga coba kita berbagi? Bisa berbagi apa aja, berbagi ilmu atau kalo punya kelebihan materi juga dapat berbagi masalah finansial ;).
Sesederhana itu untuk merasakan bahagia. Berbahagialah mereka yang telah menemukan passion dalam hidupnya. Bagi yang belum, kerjakan apa yang kita cintai dan mulai berbagi. 

Klise ya? Iya memang.
Tapi pemikiran klise itu memang benar adanya dan paling mudah untuk dilakukan.


Good luck and Godspeed

No comments: