Sumatera

So I spent my time between Java and Sumatera in the last two months. After spending a big time in Borneo (well, Balikpapan - Sangatta actually), I was assigned to do site visit in Aceh (with a transit in Medan) and also managed my holiday in Lampung and Padang. So many stories; my contemplation over Bukit Barisan, my love for Peunaga, our endless laughter along the way from Padang to Maninjau and back, our late night dinner and talk by the pool, and my sentimental side looking at the sea between Krakatau and Rakata.

It is like coming back to the root, being close to the heart of what you define as happiness and relief.
Thank you and see you.








Pulang




Saya malas cerita panjang lebar tentang perjalanan, travel blogs gitu sepertinya sudah terlalu mainstream. Paling tiap kali saya pulang dari suatu tempat, cuma post foto-foto yang berkesan, males kalo sampe kerajinan nulis itinerary atau day per day. 

Semua perjalanan bagi saya punya cerita masing-masing. Namun pasti ada sesuatu yang istimewa ketika saya mau menuliskannya seperti yang sedang saya lakukan saat ini.

Minggu lalu saya menghabiskan beberapa hari di Sumatera Barat. Destinasi yang mungkin kurang "vokal" bagi sebagian besar orang. Tapi ketika sampai di Bandara Internasional Minangkabau, jangan heran ketika melihat turis-turis mancanegara berjejal sambil membawa papan surfing atau diving gear untuk menikmati pesona pesisir selatan Sumatera Barat. Saya pun kaget, terakhir kali pulang, rasanya tidak seramai ini.

Bagi saya, Sumatera Barat berarti pulang kampung. Kampung kedua orangtua saya. Kampung dimana darah Minang dalam diri saya berasal. Kampung yang upacara adat dan pemberian gelarnya akan saya lakukan ketika saya menikah nanti. Perjalanan ke Padang selalu istimewa, naik pesawat ataupun lewat jalur darat dengan mobil pribadi seperti yang biasa keluarga saya lakukan. Kali ini tak kalah istimewa, karena saya membawa teman-teman baik saya.

Travel partner saya kali ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Saya besar, main, dan belajar naik gunung karena dan bersama mereka. Hampir sepuluh tahun kenal rasanya sudah cukup untuk mengenal tabiat masing-masing, karena itulah untuk pertama kalinya saya membawa mereka ke rumah keluarga besar saya di Bukittinggi :D

Setiap sudut Sumatera Barat terasa akrab walaupun sudah lebih dari 10 tahun saya tidak pulang. Jalan ke Bukittinggi yang berkelok-kelok, ngarai tempat dulu saya mandi, kebun di belakang rumah Inyik (Inyik = kakek) tempat saya makan tebu, teh talua (teh telur) buatan Inyik, atau soto padang yang jadi menu wajib keluarga besar saya.

Saya lahir dan besar di kota besar. Tapi baru sekarang saya merasa beruntung dan memahami mengapa orangtua saya mengenalkan saya pada kampung halamannya sejak saya kecil. Membiarkan saya mandi di ngarai, membiarkan saya digigit semut merah di kebun Inyik, atau membiarkan saya mabuk darat di perjalanan selama 50 jam lebih.

Agar saya tidak lupa. Agar saya tidak lupa dari mana darah saya berasal. Agar saya tahu diri. Agar saya bisa memaknani arti kata Pulang.


Float - Pulang


Daydreaming over Maninjau

Hello!

Pictures taken by:  Mas Kemal








Freedom

I am writing this on a red-cushioned sofa, in the corner of a modern and comfortable public library in Jakarta. Wait, did I just mention Jakarta and 'comfortable'? The seemingly-inappropriate juxtaposition of words?
But yes. It is Jakarta and it is comfortable.

I take my vacation leave this week (yes, after that dizziness of field works, supervisions, office things, and such) and I have one day off in Jakarta before taking a flight. So I decided to go to this place, a public library called Freedom Library (Perpustakaan Freedom). I'm not going to give you any details/interiors/this and that about this place. You have to experience it yourself.

I found a Peter J. Schmitt's Back to Nature, a historical-non fiction book that once I've heard from my friend (historical book? yes, I am into it. I grabbed Soekarno and D.N Aidit books also for today LOOOL old :p)



and....here we go. I'm gaining my own definition of freedom in a place called Freedom.

Arrivals and Departures





"What are you doing?"

"Just reading this departure board."

"Are you going to somewhere?"

"No."

"Then?"

"Nothing. I just feel like maybe this is the true value of life."

"Why?"

"For we are always moving. Life is a series of arrivals and departures."



Picture taken in Bangkok (2011)