Let Me Tell You Story of The Trees



I know, one of my favorite scents may seem strange to some people. I love, I really love the scent of the grasses and trees (while my favorite natural scene is still sunrises/sunsets). Weird, but I think I will introduce my children to the trees and grasses long before they know gadgets; or while their peer are busy with their iPad on hands, I will let my children playing with leaves and flowers. 

They will learn so many things, they might meet someone under the same tree; just like me and their father.



Picture taken in Loji, West Java

An Open Letter to Women



Dear woman,

You may be forgotten. You may be hurt and betrayed. You may be thrown away.
You may be loved, but you may be left alone. For we are human, we will never be satisfied. 

You will leave your home, your city, your country. You will walk alone, lonely, and even lonelier. You may travel far and still be fine. You may fall for stranger you meet along your way in a road trip; or  in a travel section in your favorite bookstore. But you know your heart will not move anywhere, you left your heart somewhere.

There will be rain, storm, and thunder. There will be winter and summer. Your presence is just like the northern lights; mysterious, cold, and shimmering. You are a peak of the mountain; high and splendid. You are an edelweiss; immortal and tough. Keep in mind that only certain people who are willing to walk along just to reach you. 

You are the source, you are a ganglion. You are connected to the whole system. You are a humble wanderer that you will always find your way back home. 

Of you we will learn the source of living, the perks of wandering, and the beauty of waiting. We will learn that suffering is optional, you choose to be happy and smile. 


"Today is not my day", you whispered as the whole nation were celebrating the day of women.

"Take those 365 days because mine can be anywhere", you continued.

For that restless soul of yours and when you open this letter, remember that you may be a constellation in someone else's life.


Sincerely,



Your admirer






Inspired by this letter


Picture taken in Phuket Town, Thailand


Hujan di Mimpi



Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari

Banda Neira - Hujan di Mimpi


p.s. I might not be the one who loves the rain, but for a very rare case, I would probably prefer to spend my way back home under the rain with you 

Bandung Selalu di Hati


Bandung, back in 2008, when I was fine


Selalu ada perasaan seperti kembali pulang ke rumah, Cipularang yang panjang dan kadang berkabut, perjalanan Jakarta-Bandung atau sebaliknya yang selalu diisi dengan melamun atau tertidur. Dulu dengan ransel besar, jaket, jeans yang jarang dicuci, dan sepatu yang itu-itu saja. Basah kuyup karena lupa membawa payung, jalan kaki karena sudah tidak ada angkot, atau sekedar duduk di McDonalds Dago untuk menumpang WiFi.

Bermalam di himpunan untuk acara kampus, tidur kedinginan di lantai, atau menghabiskan 2 porsi nasi goreng di depan gerbang Seni Rupa jam 2 pagi. Acara-acara kampus yang sempat membuat saya resmi dicari-cari orang rumah karena jarang pulang ke Jakarta. Teriak-teriak di Punclut dan Dago Atas sambil sekuat tenaga menahan kantuk atau rapat himpunan sampai jam 4 pagi.

Berlari-lari menuju Lab sebelum pintu ditutup demi membebaskan transkrip dari nilai E. Bangun jam 3 pagi demi mengejar kuliah lapangan, menunggu kereta di Kiara Condong untuk menuju Surabaya, atau kehabisan ide selama 16 jam perjalanan Bandung-Surabaya. Menunggu kapal menuju Gilimanuk, diare di Bali Barat, atau menikmati Kintamani yang indah sambil belajar gamelan Bali.

Berjam-jam di laboratorium demi tugas akhir. Menyusuri lorong lab ekologi di saat sebagian besar lampu-lampu sudah dimatikan tanda mahasiswa harus pulang. Pekerjaan lapangan yang tidak pernah selesai, fisik yang semakin terkuras, dan tekanan yang luar biasa. Gelas-gelas kopi yang menemani perjalanan panjang, carrier yang hampir patah framenya, dan luka bekas terpeleset di lapangan karena medan yang berbatu dan licin.

Teman-teman terbaik yang membawakan balon dan bunga ketika gelar itu resmi berada di belakang nama, rasa bangga Ayah dan Ibu melihat anak pertamanya berhasil menyelesaikan tanggung jawabnya, dengan nilai yang sempurna. Semarak Sabuga 29 Oktober 2011, salah satu hari terbaik dihiasi dengan bunga, balon, cokelat, permen, boneka, dan pelukan orang-orang terbaik

_____________________________________________

Hampir 2 tahun kemudian saya kembali, dengan hidup yang sudah berbeda tentunya. Beberapa bangunan masih utuh, beberapa sengaja dihancurkan untuk keperluan pengembangan riset. McDonalds Dago sepertinya sudah tidak lagi banyak diisi dengan mahasiswa-mahasiswa seperti saya dulu, mungkin karena akses internet sudah semakin mudah.

Himpunan dan lorong ekologi dipenuhi orang-orang yang asing wajahnya bagi saya, hanya beberapa yang masih saya kenal. Lab Ekologi tidak seramai dulu, katanya, sekarang sudah tidak terlalu banyak lagi mahasiswa yang tertarik penelitian di lapangan, entah kenapa.

Sabuga masih ramai, saya masih melihat wajah-wajah arogan mereka yang baru dilantik dan memakai jaket himpunan sambil berlari meneriakkan salam dan mengibarkan bendera. Penjual bunga, toga biru, dan pancaran kebahagiaan yang tidak bisa ditutupi.

Saya sendiri masih rindu dan selalu ingin kembali, sejauh apapun saya sudah berjalan. Apa yang sudah dimiliki sekarang rasanya juga tidak akan mampu menggantikan hidup yang saya habiskan di Bandung.

Siang ini saya menerima sebuah e-mail dari Ikatan Alumni,

Di sana tertulis, Bandung Selalu di Hati