My Dad is 53 now


21 years ago, I saw him next to me, I didn’t know who is he. All I know is just he always there for me. But later I know, I started to call him ‘Papa’ and I found myself that I love him so much.
17 years ago, he taught me to ride my bike. I was a scared kid in firm hands he trusted and loved.By trusting him I learned to start trusting myself.
15 years ago, he dropped me in front of the school gate, it was my first day and I was nervous. He said that I must be brave and everything’s gonna be ok. He kissed me on cheek and left me. Later I know, he didn’t go to work, he was there standing near my class window and watched me.
Every morning, he was getting ready for work.
He was the best engineer in the world. But I didn’t understand why he seemed so tired sometimes.
14 years ago, We were walking in the nature and he showed me how beautiful the sea, sky, and mountains. From this moments, I started to fall in love with nature. I want to be like him, I want hike the mountain to the top, and I want dive the sea to the bottom, just like his hobby.
6 years ago, It was my first time to go mountaineering, I went to Mount Gede-Pangrango with my friends. He checked my carrier and my belongings, he told me to take care of myself. And finally I was there on the top of Mount Gede, I was standing on 2,958 meters above for the very first time and I dedicate this for my Dad.
4 years ago, when I was 17. My boyfriend came to house and picked me up to go outside. In the car, I received a sms from him, he texted me : “take care and don’t be late going home”
3,5 years ago, I was graduated from high school and have continue my study in Bandung. He was there beside me when I walked in to my campus for the very first time. He gave me advices and taught me how to survive in campus life. At the end, he said : “I’m very proud of you”.
Day by day, we’re seperated by the miles. He worked in Manado and I’m here in Bandung. Although we can only reach each other by phone, sms, bbm or even facebook, but I feel he always here by myside, whenever I’m sad or happy, whenever my life was out of control, simple and to the point, he helped me, helped myself. I remember when I told him about that boy, he just said : “It’s up to you, if you feel settle with him, just continue. But if you don’t, let it go, you deserve better”
Last night, we were watching football together. Yes, he is a football freak and because of him, I learned to love watching football too.
Today, My Dad is 53. Today I realize how very blessed I’ve been. He has been there for every single day of my life. He has been the provider through all the struggle and strive. I would be lost if he hadn’t shown me the way.
Happy birthday, Papa. I just want to make you proud, I promise.
From your little girl, Fetriza Rinaldy.

Little present from your little girl

Mama is the only one who really cares if I live or die. She's my whole world.



HAPPY BIRTHDAY, MAMA

Mendaki Gunung = Menghargai hidup

Tulisan ini saya baca di note organisasi saya, ELPALA dan ternyata tulisan ini dikutip dari EAN Edisi 24 November – Desember 2002.

Bagi yang suka bingung "Buat apa sih ikut pencinta alam?", "Ngapain sih capek-capek naik gunung?". Ini dia jawabannya, enjoy!

Sedikit sekali orang yang bisa memahami keadaan seseorang atau keadaan sekitarnya, jika ia tidak terjun langsung atau mengalami apa yang dirasakan seseorang dalam kehidupannya.

Pencinta Alam atau biasa disebut PA, itulah yang pertama kali orang katakan saat melihat sekelompok orang – orang ini. Dengan ransel serat beban, topi rimba, baju lapangan, dan sepatu gunung yang dekil bercampur lumpur, membuat mereka kelihatan gagah. Hanya sebagian saja yang menatap mereka dengan mata berbinar menyiratkan kekaguman, sementara mayoritas lainnya lebih banyak menyumbangkan cibiran, bingung, malah bukan mustahil kata sinis yang keluar dari mulut mereka, sambil berkata dalam hatinya, “Ngapain cape – cape naik Gunung. Nyampe ke puncak, turun lagi…mana di sana dingin lagi, hi…!!!!!!!”
Tapi tengoklah ketika mereka memberanikan diri bersatu dengan alam dan dididik oleh alam. Mandiri, rasa percaya diri yang penuh, kuat dan mantap mengalir dalam jiwa mereka. Adrenaline yang normal seketika menjadi naik hanya untuk menjawab golongan mayoritas yang tak henti – hentinya mencibir mereka. Dan begitu segalanya terjadi, tak ada lagi yang bisa berkata bahwa mereka adalah pembual !!!!!

Peduli pada alam membuat siapapun akan lebih peduli pada saudaranya, tetangganya, bahkan musuhnya sendiri. Menghargai dan meyakini kebesaran Tuhan, menyayangi sesama dan percaya pada diri sendiri, itulah kunci yang dimiliki oleh orang – orang yang kerap disebut petualang ini. Mendaki gunung bukan berarti menaklukan alam, tapi lebih utama adalah menaklukan diri sendiri dari keegoisan pribadi. Mendaki gunung adalah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama.


Dan menjadi salah satu dari mereka bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi pandangan masyarakat yang berpikiran negative terhadap dampak dari kegiatan ini. Apalagi mereka sudah menyinggung soal kematian yang memang tampaknya lebih dekat pada orang - orang yang terjun di alam bebas ini. “Mati muda yang sia – sia.” Begitu komentar mereka saat mendengar atau membaca anak muda yang tewas di gunung. Padahal soal hidup dan mati, di gunung hanyalah satu dari sekian alternative dari suratan takdir. Tidak di gunung pun, kalau mau mati ya matilah…!!! Kalau selamanya kita harus takut pada kematian, mungkin kita tidak akan mengenal Columbus penemu Benua Amerika.


Di gunung, di ketinggian kaki berpijak, di sanalah tempat yang paling damai dan abadi. Dekat dengan Tuhan dan keyakinan diri yang kuat. Saat kaki menginjak ketinggian, tanpa sadar kita hanya bisa berucap bahwa alam memang telah menjawab kebesaran Tuhan. Di sanalah pembuktian diri dari suatu pribadi yang egois dan manja, menjadi seorang yang mandiri dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Rasa takut, cemas, gusar, gundah, dan homesick memang ada, tapi itu dihadapkan pada kokohnya sebuah gunung yang tak mengenal apa itu rasa yang menghinggapi seorang anak manusia. Gunung itu memang curam, tapi ia lembut. Gunung itu memang terjal, tapi ia ramah dengan membiarkan tubuhnya diinjak – injak. Ada banyak luka di tangan, ada kelelahan di kaki, ada rasa haus yang menggayut di kerongkongan, ada tanjakan yang seperti tak ada habis – habisnya. Namun semuanya itu menjadi tak sepadan dan tak ada artinya sama sekali saat kaki menginjak ketinggian. Puncak gunung menjadi puncak dari segala puncak. Puncak rasa cemas, puncak kelelahan, dan puncak rasa haus, tapi kemudian semua rasa itu lenyap bersama tirisnya angin pegunungan.

Lukisan kehidupan pagi Sang Maha Pencipta di puncak gunung tidak bisa diucapkan oleh kata – kata. Semuanya cuma tertoreh dalam jiwa, dalam hati. Usai menikmati sebuah perjuangan untuk mengalahkan diri sendiri sekaligus menumbuhkan percaya diri, rasanya sedikit mengangkat dagu masih sah – sah saja. Hanya jangan terus – terusan mengangkat dagu, karena walau bagaimanapun, gunung itu masih tetap kokoh di tempatnya. Tetap menjadi paku bumi, bersahaja, dan gagah. Sementara manusia akan kembali ke urat akar di mana dia hidup.

Ya, menghargai hidup adalah salah satu hasil yang diperoleh dalam mendaki gunung. Betapa hidup itu mahal. Betapa hidup itu ternyata terdiri dari berbagai pilihan, di mana kita harus mampu memilihnya meski dalam kondisi terdesak. Satu kali mendaki, satu kali pula kita menghargai hidup. Dua kali mendaki, dua kali kita mampu menghargai hidup. Tiga kali, empat kali, ratusan bahkan ribuan kali kita mendaki, maka sejumlah itu pula kita menghargai hidup.

Hanya seorang yang bergelut dengan alamlah yang mengerti dan paham, bagaimana rasanya mengendalikan diri dalam ketertekanan mental dan fisik, juga bagaimana alam berubah menjadi seorang bunda yang tidak henti – hentinya memberikan rasa kasih sayangnya.
Kalau golongan mayoritas masih terus saja berpendapat minor soal kegiatan mereka, maka biarkan sajalah. Karena siapapun orangnya yang berpendapat bahwa kegiatan ini hanya mengantarkan nyawa saja, bahwa kegiatan ini hanya sia – sia belaka, tidak ada yang menaifkan hal ini. Mereka cuma tak paham bahwa ada satu cara di mana mereka tidak bisa merasakan seperti yang dirasakan oleh para petualang ini, yaitu kemenangan saat kaki tiba pada ketinggian!!!!!!!!

cheers!
Fetriza ELP/TWC XX

Eid Mubarak!

And it may be that you dislike a thing, which is good for you and you like a thing which is bad for you, Allah knows, but you don't know.




Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Eid Mubarak! Enjoy!


from Borneo with love

aloha!
Assalamualaikum!
Apakabar!

Lanjut ya, cerita tentang Kalimantan. Setelah hari pertama terlewati, kita mulai ngerasain suka-dukanya hidup disini. Kita kerja di kilang, di bagian Enviromental, HSE. Hari pertama kerja, kita ke kantor besar dulu, ke Bagian Hupmas untuk lapor dan dapet penjelasan singkat selama disana. Setelah itu lalu kita dianter ke kilang, oh iya sebelumnya sewaktu kita nunggu mobil jemputan yang akan nganter kita ke kilang, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang nampaknya terburu-buru dan langsung nyalamin kita dan.. ternyata dia adalah alumni Mesin ITB (gw lupa nama dan angkatan berapa), mungkin karena dia ngeliat kita pake jas almamater atau mungkin juga ngeliat muka melas adik-adiknya ini, jadilah dia nyalamin kita, solidarity forever, is it? ;)

Kita dianter ke kilang dan mengambil alat-alat yang dipinjamkan selama kita kerja. Wearpack, gloves, boots, helm, ear plug, dan kacamata! Dari sana kita dianter ke kantor HSE, ketemu pembimbing kita, Pak Kardiman dan ketemu Kepala Bagian Environmental, Pak Judy. Intinya kita ngobrol2, tentang masalah2 di kilang dan juga pertanyaan yang selalu ditanyain tiap orang tiap kali ketemu kita, sampe kita sendiri mulai males jawabnya : “Asli mana?”, “Kok milih tempat Kpnya jauh banget?”, “Disini tinggal dimana/sama siapa?” atau yang ini : “Udah kemana aja di Balikpapan?” atau yang ini : “Mau ga sama anak saya, lagi kuliah S2 di MIT, butuh cewe ITB segera, langsung dibawa ke Amrik”. #eaaa yes, yang terakhir ini ngaco.

Sudah ketebak juga sih, di kilang ini perempuan itu makhluk langka. Ga heran juga mereka ngeliat cewe kaya ngeliat apaan. Memang terganggu awalnya, tapi ya mau gimana lagi, toh bukan salah mereka juga. Jalanin aja, kita disana pure mau kerja (dan sedikit liburan juga sih hehe). Hari-hari pertama kita lewati dengan masa adaptasi dari makanan sampe keuangan. Dari ngafalin jalan sampe ngafalin rute angkot. Ohiya angkot! Terimakasih sekali lagi pada Ipik yang memberitau kalo bayar angkot disini jauh/dekat TIGA RIBU RUPIAH. Mahal ya? Ya gapapa sih, kalo malem angkotnya full music dan lampunya warna-warni. Kebayar deh.

Minggu awal kita disini agak shock juga, disini living cost nya lumayan (paling ga kalo dibandingin living cost kita di Bandung). Karena belum tau banyak tempat, sekali makan kita bisa ngabisan 20-30ribu. Yakali kalo kita disana cuma seminggu, lah ini kan 2 bulan?? Oke, maka kita putuskan untuk memasak sendiri, jadilah kita beli bahan makanan untuk dimasak.

Dua minggu pertama jadwal kita orientasi ke bagian2 yang ada di kilang, termasuk bagian produksi. Disini kita banyak kenal orang dan mengerti lebih dalam mengenai dunia perminyakan (asik). Sempet ketemu beberapa alumni satu almamater yang udah kerja disini, diantaranya Ka Fahmi dan Ka Ratih. Dua-duanya dari Teknik Kimia yang himpunannya tetanggaan sama himpunan kita ;). Biasanya kegiatan sehari-hari kita selama orientasi ini, paginya dapet materi dan arahan trus siangnya ke lapangan. Makan siang? Ya kita nunggu belas kasihan orang-orang bagian setempat, kalo dikasih syukur, kalo nggak yaa makan siang sendiri di luar. Ohya, bersyukur lho kita kuliah di kampus dimana terdapat tahap TPB yang menyamaratakan semua jurusan untuk dapet matakuliah seperti kimia, kalkulus dan fisika! Kenapa? Karena kita dapat mengerti dunia perminyakan yang lebih cenderung ke arah fisika dan kimia ini tanpa kesulitan, walaupun sebenernya ini bukan bidang kita. Terimakasih ITB! Yea! Dan satu lagi persepsi orang tiap kali kita menyebutkan dari universitas mana kita berasal : “Oh..pinter-pinter dong ya kalian” atau ini : “Ini sih calon-calon bos kita nanti”. Yaa Cuma diaminin aja dalam hati, semoga harapan mereka memang yang menjadi kenyataan. Amin

Assalamualaikum!

kalimantan (Part I)

Aloha!
Assalamualaikum!
Apakabar!

Assalamualaikum Kalimantan!
Jadi gw bertugas dan akan menjalani kerja praktek selama dua bulan di salah satu perusahaan minyak negara (oke, sebut aja Pertamina). Secara garis besar Pertamina sendiri memiliki 2 kegiatan : Hulu dan hilir. Kegiatan hulu lebih bersifat seperti kegiatan eksplorasi dan pencarian sumur-sumur minyak baru, sedangkan kegiatan hilir lebih kepada proses pengolahan minyak mentah menjadi produk-produk yang dibutuhkan masyarakat. Singkat cerita gw bertugas di Pertamina Refinery Unit V,Balikpapan, Kalimantan Timur.

Gw ga sendiri, gw ditemani 2 orang teman sekampus dan sejurusan dan akan menjadi teman seperjuangan gw selama hidup di Kalimantan, Ata dan Inta. Ini adalah pengalaman pertama gw ke Kalimantan dan stay cukup lama di kampung orang. Yoy!

Kita berangkat dari Jakarta tanggal 23 Mei 2010, pesawat kita take off jam 6 pagi. Secara keseluruhan semua proses dari check in, boarding, sampe ada di pesawat dan take off semua berjalan lancar. Cuma kita sempet sial aja karena snack untuk kita bertiga katanya ketumpahan air dan dengan penuh keibuan, mbak-mbak pramugari menggantinya dengan 3 bungkus besar permen rasa buah-buahan. Well, ga nyambung emang si mbak pramugari ini, tapi nyatanya permen buah-buahan ini berguna bagi kita di kemudian hari.

Sampe di Bandara Sepinggan, Balikpapan. Jiwa norak gw ga terbendung lagi, gw teriak : "Kalimantaaaaan!yeaaaaaaaah!". Norak sih, tapi setidaknya akhirnya gw menginjakkan kaki di pulau ini. Ternyata kita dijemput sama oom gw, Oom Giarto yang emang kerja di Samarinda dan pas banget lagi ada di Balikpapan (Fyi, Balikpapan itu bukan ibukota lho, ibukota KalTim itu Samarinda. Samarinda-Balikpapan kira2 2-3 jam perjalanan).

Dari bandara kita lansung dianter ke wisma tempat kita menginap sementara. Sepanjang perjalanan, first impression gw terhadap kota ini sangat baik : bersih dan teratur, angkutan-angkutan umum memang banyak tapi masih rapi dan ga seenaknya. Ohya, bener kata bokap gw, Balikpapan adalah salah satu kota yang sudah maju, mungkin karena disini juga adalah kota industri, terutama industri migas.

Wisma kita ternyata ada di atas bukit dengan view yang langsung berhadapan dengan kilang dan sangat terlihat jelas flare dengan sesekali terdengar bunyi letupannya. It was really cool, tapi agak spooky. Spooky karena wisma ini sudah cukup berumur dan untuk mencapai wisma ini tanpa kendaraan, kita harus naik bukit dulu. Ohya, dan agak sulit akses kemana-mana karena memang wisma ini masih ada di lingkungan kilang dan kompleks Pertamina.

Hidup kita di hari pertama masih sangat tertolong, setidaknya untuk makan dan jalan-jalan cari kosan (sekali lagi terimakasih untuk Oom Giarto). Kita akhirnya dapet tempat kos untuk kita tinggali selama 2 bulan berikutnya. Nama kosnya adalah Wisma Asia, Jalan Dahor II no.10, deket banget dari kilang, paling cuma 5 menit naik angkot. Ohya, satu nama yg perlu gw sebutkan disini adalah Fikri Rahmansyah, Teknik Perminyakan '06, karena atas rekomendasi dia, kita tau dan sampe di wisma asia ini. Thanks Pik! :)

Hari pertama itu kita tutup dengan nonton Take Me Out dan Inta yang teriak karena ada kecoa di kamar mandi. Well, here we are, ready to have and make a history in Kalimantan. We just don't know what will happen on the next days. Demi Tuhan, Bangsa, dan Almamater kita akan melaksanakan kewajiban kita, membawa nama baik almamater sekaligus meluangkan waktu untuk liburan di kota ini.

See you on next posting,
Assalamualaikum!

assalamualaikum!

Assalamualaikum!
Aloha!
Apa kabar!

Kalo diliat dari postingan sebelumnya, udah setaun gw ga posting apapun di blog ini. Kenapa? Sibuk? Nggak juga sih. Jadi beberapa waktu lalu gw sempet mau posting sesuatu disini, tapi..yah karena gw kelewat pinter sampe lupa password blog ini apa. Itu udah terjadi sekitar 2 bulan lalu, dan selama 2 bulan ini gw berpikir keras untuk mengingat kembali password gw. Sampe pada sore ini, gw menemukan jawaban. Jawaban atas segala pertanyaan : password blog gw SAMA DENGAN password ym gw. Oke skip, ga usah dibahas lagi.

One year passed, wah udah banyak yang terjadi dalam hidup gw. Sekarang gw udah mau naik tingkat 4 dan mulai ditanya kapan lulus dan kapan nikah (skip). Setaun ini bisa dibilang banyak dilewati dengan jalan-jalan, travelling, pengalaman dan cerita tentunya. Surabaya, Bali, Lampung, Papandayan, Ujung Kulon, ujung timur Pulau Jawa, ujung barat Pulau Jawa hingga Kalimantan. Wah, di saat kaya gini gw merasa bersyukur kuliah di jurusan yang banyak kuliah lapangannya dan memungkinkan kita untuk jalan-jalan.

Alhamdulillah sudah menginjakkan kaki di hampir semua pulau-pulau besar Indonesia (yes, tinggal Sulawesi dan Papua aja yg belom, tapi suatu saat nanti pasti!). Travelling memang hobi yang mengasyikkan ya. Ya mungkin bukan bagi semua orang, tapi alhamdulillah gw dikelilingi orang-orang yang suka jalan juga dari SMA sampe kuliah ini. Walaupun gw mah baru pemula banget, baru beberapa aja yang dikunjungi karena salah satunya masih terbentur jadwal kuliah. Tapi punya mimpi boleh dong?


Yes, I want to travel around Indonesia and soon, around the world.
Amin.