Universe


I had involved in an unexpected slash deep conversation between me and my old friend (actual conversation was in Indonesian, of course) after I told him several good news within this March.

A: So have you noticed something from your life?
B: What? You mean?
A: Have you recognized something by connecting events that have happened in your life?
A: Because I have. I mean, I've recognized something from your life. Not to say that I know you
    more than you know yourself or not to declare that I thoroughly know your life or anything about   
    you.
B: Tell me

__________________

I was surprised. The rest of the conversation was something unexpected yet very honest. I hadn't thought of that. It got me to the point that we tend to hate and forget bad events that have occurred in our life without trying to connect it with our previous or next. I found one interesting line from the concepts of socio-cultural system (yes, I googled around about this). Life is a pattern of regularity; unity consists of components or elements that are interconnected. Like a whole ecosystem, one depends on each other, although they seem to live independently. 

That is life, also. What has happened in our life (sometimes, unconsciously) might be a great force to our next, either it will be good or it will be bad. I remember what Steve Jobs said in his speech about 'connecting the dots'. Yes, it's true. But we have tendency to forget what has happened without even trying to connect the dots and so, we just create convoluted lines by making uncontrolled dots, resulting a tangled mind. 

That is called, universe.

I don't know but this is very fascinating. And yes, thank you, best friend! :)

Gulag Orkestar


They call it night,
they call it night
and I call it mine.


:)


Beirut - Gulag Orkestar


Menulis

Halo!

Saya masih ada di kantor malam ini. Beberapa kubikel sudah tidak berpenghuni lagi, monitor sudah mati, bahkan beberapa lampu di meeting room dan pantry sudah dimatikan. Hanya ada saya dan beberapa teman yang kebetulan sedang mengerjakan report

Saya termasuk jarang lembur. Ini pun karena kebetulan di awal tahun ini saya lebih banyak di Jakarta, walaupun kemarin sempat kembali ke site beberapa hari. Saya bosan, jadilah saya nulis-nulis ini di tablet. Saya baru sadar, di setiap perangkat yang saya miliki, saya punya draft-draft tulisan yang saya ketik kapanpun dan dimanapun. Isinya? Macem-macem. Dari pemikiran serius sampai curhat.

Saya mencoba merunut sejak kapan saya suka menulis. Let's plunge into memories.

Waktu SD saya suka sekali baca cerpen di Majalah Bobo. Saya langganan Bobo dan yang paling saya tunggu adalah cerpennya. Saya masih ingat betul Majalah Bobo terbit tiap hari Kamis, di beberapa occasion ada edisi khusus dengan halaman lebih tebal (dan juga berarti cerpennya lebih banyak). Di situlah saya mulai (sok-sokan) nulis cerpen sendiri khas anak-anak. Waktu itu saya masih pake tulisan tangan di kertas folio bergaris! Saya banyak sekali membuat naskah cerpen, sebenernya inti ceritanya ya itu-itu aja. Sampai suatu hari Mama menemukan salah satu naskah ini dan saya malunya bukan main. Singkat cerita, satu dari cerpen-cerpen imut itu (akhirnya) pernah dipublish di Majalah Bobo. 

Waktu SMP lebih gak waras lagi. Saya bikin mini novel dengan genre romantic comedy gitu ceritanya. Trus saya print sendiri dan saya bagi-bagiin ke beberapa teman sekelas saya dan maksa mereka untuk membacanya hahaha. Oh iya, mulai di sini saya mulai suka membaca novel yang sedikit lebih dewasa.

Waktu SMA, sempat skip. Karena lebih banyak main di luar, banyak distraksi di masa-masa ini. Tapi saya sempat nulis-nulis untuk buletin internal di organisasi saya.

Waktu kuliah. Nah, inilah masa-masa kembalinya saya suka nulis-nulis lagi. Mungkin karena kuliah jauh dari Jakarta dan rumah, maka apalagi yang bisa saya lakukan kalau sudah ada di kamar dan berhadapan dengan laptop? 

Di tingkat pertama kuliah, akhirnya saya membuat blog ini. Tahun 2013 ini, blog ini akan berulang tahun yang ke-5! Post di masa-masa itu kebanyakan daily life (dan pernah sedikit curhat karena putus sama pacar), but as I grew up, saya banyak nge-post tentang isu-isu sosial. Mungkin juga karena pengaruh idealisme cap gajah Bandung yang kala itu dijejali dengan aktivitas himpunan, keluarga mahasiswa, beserta kajian-kajiannya. 

As time goes by, seiring juga dengan bertambahnya cerita-cerita perjalanan saya (saya kuliah di jurusan yang banyak field tripnya), saya mulai banyak memasukkan foto-foto perjalanan. Beberapa kali saya pernah menulis tentang trip review. Sempat vakum beberapa bulan tidak mengisi blog, karena kesibukan ini dan itu. 

Saya punya beberapa teman yang hobi menulis, dan saya sering mengagumi tulisan teman-teman saya sendiri (beberapa dari mereka blognya saya tautkan di sini). Dulu saya sempat beberapa kali diajak temu blogger, tapi saya masih belum cukup pede saat itu. Saya cuma mikir, blog ini cuma untuk konsumsi pribadi. 

Tapi mungkin juga tidak, saya sempat ngecek blog stat saya bulan lalu. Hasilnya cukup mengejutkan. Cukup banyak statistiknya, dan yang mostly dibaca memang post-post yang sifatnya general seperti isu sosial dan cerita/foto perjalanan. 

Saya masih suka menulis sampai sekarang. Karena kadang menulis itu obat, dan membaca adalah vitaminnya. Saya lebih banyak menulis di blog ini dan di Jurnal Hijau. Saya cukup bahagia karena kekonsistenan menulis di blog ini, blog ini sudah beranjak dari balita. 

Tapi, saya bukan penulis profesional atau penulis yang sudah diakui kapabilitasnya. Saya hanya senang membagi sesuatu lewat tulisan. Ada beberapa hal yang susah untuk saya ungkapkan, tapi begitu dituangkan dalam tulisan, semuanya mengalir begitu saja. 

Saya mudah terpikat dengan rangkaian kata-kata dan bagaimana seseorang menyampaikan jalan pikirannya melalui tulisan. Menuangkan perasaan/pikiran melalui tulisan itu bukan sesuatu yang mudah, entah kenapa saya selalu beranggapan orang-orang yang suka menulis memiliki kecerdasan emosional yang lebih. Semua orang bisa menulis, tapi tidak semua orang mampu merangkai dan memberi alur atas apa yang mereka ingin sampaikan melalui tulisan. Menurut saya, menyuarakan sesuatu melalui tulisan bukan berarti tidak berani menyampaikannya secara langsung, tapi percayalah sang penulis sedang memadukan apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasa dalam hati mereka. Sehingga keluarlah sesuatu yang memang ingin, benar-benar mereka utarakan.

That's what fascinates me the most.