Bandung Selalu di Hati


Bandung, back in 2008, when I was fine


Selalu ada perasaan seperti kembali pulang ke rumah, Cipularang yang panjang dan kadang berkabut, perjalanan Jakarta-Bandung atau sebaliknya yang selalu diisi dengan melamun atau tertidur. Dulu dengan ransel besar, jaket, jeans yang jarang dicuci, dan sepatu yang itu-itu saja. Basah kuyup karena lupa membawa payung, jalan kaki karena sudah tidak ada angkot, atau sekedar duduk di McDonalds Dago untuk menumpang WiFi.

Bermalam di himpunan untuk acara kampus, tidur kedinginan di lantai, atau menghabiskan 2 porsi nasi goreng di depan gerbang Seni Rupa jam 2 pagi. Acara-acara kampus yang sempat membuat saya resmi dicari-cari orang rumah karena jarang pulang ke Jakarta. Teriak-teriak di Punclut dan Dago Atas sambil sekuat tenaga menahan kantuk atau rapat himpunan sampai jam 4 pagi.

Berlari-lari menuju Lab sebelum pintu ditutup demi membebaskan transkrip dari nilai E. Bangun jam 3 pagi demi mengejar kuliah lapangan, menunggu kereta di Kiara Condong untuk menuju Surabaya, atau kehabisan ide selama 16 jam perjalanan Bandung-Surabaya. Menunggu kapal menuju Gilimanuk, diare di Bali Barat, atau menikmati Kintamani yang indah sambil belajar gamelan Bali.

Berjam-jam di laboratorium demi tugas akhir. Menyusuri lorong lab ekologi di saat sebagian besar lampu-lampu sudah dimatikan tanda mahasiswa harus pulang. Pekerjaan lapangan yang tidak pernah selesai, fisik yang semakin terkuras, dan tekanan yang luar biasa. Gelas-gelas kopi yang menemani perjalanan panjang, carrier yang hampir patah framenya, dan luka bekas terpeleset di lapangan karena medan yang berbatu dan licin.

Teman-teman terbaik yang membawakan balon dan bunga ketika gelar itu resmi berada di belakang nama, rasa bangga Ayah dan Ibu melihat anak pertamanya berhasil menyelesaikan tanggung jawabnya, dengan nilai yang sempurna. Semarak Sabuga 29 Oktober 2011, salah satu hari terbaik dihiasi dengan bunga, balon, cokelat, permen, boneka, dan pelukan orang-orang terbaik

_____________________________________________

Hampir 2 tahun kemudian saya kembali, dengan hidup yang sudah berbeda tentunya. Beberapa bangunan masih utuh, beberapa sengaja dihancurkan untuk keperluan pengembangan riset. McDonalds Dago sepertinya sudah tidak lagi banyak diisi dengan mahasiswa-mahasiswa seperti saya dulu, mungkin karena akses internet sudah semakin mudah.

Himpunan dan lorong ekologi dipenuhi orang-orang yang asing wajahnya bagi saya, hanya beberapa yang masih saya kenal. Lab Ekologi tidak seramai dulu, katanya, sekarang sudah tidak terlalu banyak lagi mahasiswa yang tertarik penelitian di lapangan, entah kenapa.

Sabuga masih ramai, saya masih melihat wajah-wajah arogan mereka yang baru dilantik dan memakai jaket himpunan sambil berlari meneriakkan salam dan mengibarkan bendera. Penjual bunga, toga biru, dan pancaran kebahagiaan yang tidak bisa ditutupi.

Saya sendiri masih rindu dan selalu ingin kembali, sejauh apapun saya sudah berjalan. Apa yang sudah dimiliki sekarang rasanya juga tidak akan mampu menggantikan hidup yang saya habiskan di Bandung.

Siang ini saya menerima sebuah e-mail dari Ikatan Alumni,

Di sana tertulis, Bandung Selalu di Hati

No comments: