Life on Site






Begini,
Selama lebih dari setahun aku bekerja seperti ini, aku sampai pada satu kesimpulan: Aku lebih bisa menghargai pekerjaanku, mengapresiasi apa yang aku raih, terlepas dari berbagai macam cobaannya.

Kenapa?
Aku seringkali bekerja di remote area. Jangankan sinyal internet, sinyal telepon pun kadang harus pintar-pintar mencari spot yang bagus, itupun kalau beruntung. Nyaris tidak ada hiburan. Salah satu yang bisa dilakukan untuk mengusir bosan dan kesepian adalah bercengkrama dengan sesama pekerja atau bahkan orang lokal. Di sini, aku belajar tentang kesederhanaan dan kekeluargaan.

Orang-orang lokal yang dipekerjakan untuk pekerjaan kasar seperti mengangkut batu bara misalnya, membuatku menyadari bahwa aku masih terhitung beruntung dan patut bersyukur. Membuat aku benar-benar menghargai pekerjaan mereka dan pekerjaanku sendiri. Bahwa yang terpenting dari suatu pekerjaan adalah bagaimana sudut pandang kita: apakah kita mau terus-terusan mengeluh atau mau menikmati.
Karena kalau aku mengeluh, malu rasanya melihat ada orang lain yang berusaha mati-matian melakukan kerja apa saja untuk menyambung hidupnya.

Belajar tentang keputusan, keberanian, dan menghargai waktu. Tapi yang paling penting adalah belajar menghargai setiap pekerjaan, kerja keras, dan jerih payah. Aku punya beberapa teman yang menghabiskan waktu kerjanya di tengah laut, di anjungan minyak, atau bahkan di hutan sekalipun. Semuanya wanita dan semuanya kujadikan inspirasiku. Bagaimana mereka menghargai pekerjaannya dan nyaris tidak pernah ada keluhan yang terlontar keluar atau kalaupun ada, mereka memilih untuk tidak memperlihatkannya.




Karena sekali lagi, semua adalah tentang pilihan.

No comments: