Take, Leave, and Kill?

Take nothing but picture
Leave nothing but footprints
Kill nothing but time


Pertama kali diberikan konsep ini waktu di ELPALA dulu, ketika baru masuk, sekitar 7 tahun lalu (wah lama, ya?). At first, saya mendengarnya cuma selewat aja, ya belum kepikiran kayanya jaman dulu. Dulu naik gunung, yaudah naik gunung aja. Padahal sebenarnya secara ga sadar (atau mungkin setengah sadar) saya belajar banyak  dari situ.

Ketiga baris ini ternyata punya makna yang sangat dalam. Kalo aja semua orang menerapkan ketiga baris ini, terutama ketika mereka bersentuhan langsung dengan alam, (mungkin) akan minim sekali degradasi, deforestasi, kepunahan, atau kerusakan-kerusakan lainnya seperti yang sering didengar sekarang. Jangan ambil apapun kecuali gambar, jangan meninggalkan apapun kecuali jejak kaki, dan jangan bunuh apapun kecuali waktu. Datanglah ke alam bukan karena ingin dikagumi, tapi datanglah untuk mengagumi, as simple as that. Dari rasa mengagumi itu, maka akan muncul rasa sayang, lalu rasa memiliki, ketika sudah ada sense of belonging, ga mau dong melihat yang kita sayangi dikotori dan dirusak begitu aja?

Tapi namanya juga manusia, yang suci 100 % ga akan ada. Saya dan yang membaca ini juga pasti pernah melakukan tindak pengrusakan atau at least, buang sampah sembarangan. Saya ga akan membahas regulasi disini, ya sudah terbaca lah sistem regulasi di negara ini gimana. Most important, kenapa ga mulai dari pribadi dulu? Terus caranya gimana? 

source: Elpala Doc
  • Entah mungkin karena didikan jaman dulu atau apa, ketika melakukan suatu trip, saya terbiasa untuk menyimpan lagi sampah (terutama sampah pribadi) di ransel, sampai akhirnya saya menemukan tempat yang memang seharusnya jadi tempat pembuangan. 
  • Males bawa sampah di ransel? kurang efisien? nah coba minimalisasi logistik yang berpotensi menghasilkan sampah dalam jumlah banyak. Kurangi bawa kemasan sachet, membawa logistik yang sifatnya 'share' juga akan sangat membantu.
  • Sebenarnya ada pilihan lain juga, yaitu membakar. Tapi yang ini ga saya rekomendasikan, karena efeknya yang cukup 'berarti' juga, ini mungkin bisa jadi pilihan terakhir daripada ngebiarin sampah geletakan gitu aja. 
Mungkin intinya adalah, hargai alam sama seperti kamu ingin dihargai, coba belajar untuk mengagumi tanpa ada keinginan untuk dikagumi, enjoy every trip, enjoy every second within.

With the saying, at Bukit Bangkirai, Kalimantan Timur






No comments: