#randomthoughts

Sore kemarin, gue menghabiskan waktu seharian dengan beberapa abang, kakak, dan sudara-saudara gue di elpala (begitu cara kami menyebutnya, bukan lagi sebagai "teman-teman"). Dimulai dari menghadiri sebuah event di Senayan, makan pempek di Megaria (dan sore itu Jakarta mendung dan sangat romantis), dan diakhiri dengan having a quality time sambil minum dan makan-makan kecil. 

Sore itu kami membahas beberapa rencana, dari mulai rencana pendakian kami selanjutnya sampai rencana penyelaman yang sudah kami inginkan sejak lama (semoga terwujud di pertengahan tahun, amin). Semua mengalir, kami masing-masing pastinya memiliki destinasi impian. Komodo, Alor, Tambora, dan lain-lain. Gue sendiri masih penasaran dengan Gunung Rinjani, karena dari SMA (which is sekitar 7 tahun-an lalu) sampai sekarang belum kesampaian. 

When it comes to temptation and pleasure of being in any wild places I've been dreaming of, I could be so impulsive.

Sulit menjelaskan bagaimana rasanya punya mimpi pergi ke suatu tempat atau destinasi yang telah kita impikan sejak lama dan begitu kesempatan itu datang, rasanya seluruh malaikat menyanyikan lagu suka cita dan menari-nari kegirangan. Atau sekedar melihat-melihat gambar dari hasil searching di internet pun rasanya sudah mampu menjadikan mood booster tersendiri.

Yah, kadar mimpi orang memang pasti berbeda-beda. Ada yang tinggi, ada yang cukup sederhana. Bagi yang berkecukupan, mungkin salah satu mimpi duniawi paling pasaran adalah pergi ke suatu tempat (bisa ke luar negeri, bisa ke tempat eksotis dalam negeri), mimpi melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, atau mimpi memiliki barang ini, barang itu. 
Tapi, bagi seorang anak kecil jalanan, mimpi itu bisa jadi adalah hal-hal yang biasa kita lakukan sehari-hari dan tidak ada artinya bagi kita. Sesimpel beli Fanta atau mempunyai cukup uang sehingga bisa masuk dan berbelanja di Carrefour. I recommend you to read this post and see how something which seems normal to us could be so fascinating to someone else.

Rasanya memang kita perlu dikelilingi orang-orang pemimpi. Haha terdengar aneh ya, tapi beneran lho, itu seperti ada kekuatan yang entah datang dari mana. Contohnya bersama orang-orang ini, yang tidak saya kenal baru kemarin sore. 

Mimpi bagi kita simpel, mimpi bisa dimulai dari secangkir kopi, segelas bir, atau dari apapun yang menyeruak seiring tetesan hujan. 
Mimpi bisa sesederhana makan bubur di Cikini atau setinggi menjadi pendaki 7 summits.
Yang membedakan mimpi adalah, cara kita memandangnya, membuatnya tak semu, setitik keberuntungan, dan goresan tinta Tuhan.



No comments: